Alhamdulillah mulai bulan Januari tahun 2022 ini sudah bisa dilaksanakan secara tatap muka, tentu saja berada dalam majelis yang sesungguhnya, berbeda dengan ketika kita menghadiri majelis secara online. Ohya, jadi inget, saat majelis halaqoh ini diadakan online, saya sempat tidak mengumpulkan hasil resume materi halaqoh sehingga harus menghadap kepala sekolah sebelum mengambil rapot anak kami, deuuh malunya. Iya, ini adalah komitmen, bentuk kesungguhan, sehingga ketika tidak dilakukan akan ada konsekuensinya.
Nah karena itu, saya jadi terpikir untuk memindahkan catatan belajar melalui halaqoh wali santri ke blog ini, semoga yang membacanya bisa juga bisa mendapat manfaat, juga memperpanjang daya jangkau nasehat yang disampaikan ustadz, insyaAllah.
Keistimewaan Keluarga Imron
Dalam Al Qur’an surah Ali Imron, Allah menyampaikan tentang keistimewaan keluarga Imron, bahwa ada yang Allah sebutkan sebagai nama-nama istimewa yang terpilih diantara hamba-hambaNya yang sholeh lainnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran diatas seluruh alam, (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya merupakan keturunan dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali-Imran[3]: 33-34)
1. Nabi Adam, yang merupakan bapaknya manusia, banyak kemuliaan diantaranya satu-satunya manusia yang Allah mintakan malaikat bersujud padanya. Nabi Adam juga mendapat pengetahuan langsung dari Allah dengan diajarkan nama-nama benda.
2. Nabi Nuh, merupakan Rasul pertama yang diutus untuk memperingatkan kaumnya. Nabi Nud disebut Allah sebagai ‘abdan syakuro, hamba Allah yang banyak bersyukur.
3. Nabi Ibrohim dan keluarganya. Bapak para nabi yang melahirkan keturunan-keturunan yang sholeh dan juga nabi. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memiliki ketaatan yang luar biasa kepada Allah.
4. Imron dan keluarganya. Bukan seorang nabi, namun memiliki ketaatan pada Allah yang luar biasa, dan mengajarkannya pada keluarganya, hingga lahir wanita taat bernama Maryam.
Siapakah Imron?
Sebenarnya, siapakah Imron yang dimaksud dalam Al Qur’an surah Ali Imron ini? Ustadz menjelaskan, bahwa Imron yang dimaksud bukanlah Imron ayahnya Nabi Musa dan Harun. Ia juga bukanlah seorang Nabi, paling tidak demikian pendapat sebagian besar ulama, meskipun ada salah satu ulama yang berpendapat bahwa Imron seorang Nabi.Di ayat selanjutnya (ayat ke 35), setelah penyebutan keluarga Imran sebagai salah satu manusia pilihan Allah, disampaikan awal kisah keluarga ‘Imran dengan menceritakan perihal nazar yang dilakukan oleh istri ‘Imran, yakni Hanna.
Dikisahkan, Hanna tak kunjung dikarunia seorang anak untuk waktu yang lama, hingga ia sudah menua. Suatu hari, ia melihat induk burung yang memberi makan anaknya. Rasa untuk memiliki anak laki-laki kembali muncul. Ia memohon pada Allah agar keinginannya Allah kabulkan. Kemudian Allah pun mengabulkannya, Hannah pun diijinkan Allah untuk mengandung.
Hanna pun kemudian bernazar bahwa anaknya kelak akan ia persembahkan sebagai Muharror, yakni pelayan baitul maqdis. Hannah berharap anaknya adalah seorang anak laki-laki karena muharrar saat itu hanya diamanahkan kepada laki-laki.
“(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”” (Q.S. Ali ‘Imran [2]: 35).
Antara 2 Kehamilan di Keluarga Imron
Ustadz mengingatkan, ada dua kehamilan yang terjadi dalam silsilah keluarga Imron, yang berbeda kondisi, satunya adalah kehamilan yang diharapkan, yakni kehamilan Hanna istri Imron yang dinanti nantikan. Sedangkan satunya lagi kehamilan yang tidak diharapkan, yakni kehamilan Maryam putrinya Imron.
Kehamilan Hanna
Kehamilan yang diharapkan ini merupakan kebahagiaan yang selalu dinantikan, karena lama tak kunjung datang, ia didoakan dengan sangat. Karenanya, jika ada yang sedang menanti kehamilan, jangan pernah berputus asa jika ia belum kunjung menghampiri, tetaplah meminta dan berharap pada Allah. Karena Allah pun suka jika kita meminta kepadaNya.Kehamilan Hanna, istri Imron adalah sesuatu yang sangat dinantikan. Imran dan Hanna telah menyiapkan generasi terbaik, bahkan dengan perencanaan yang dibuat sebelum Hanna mengandung. Keduanya sudah merencanakan agar keturunannya selalu dekat dengan Allah, menjadi generasi yang mulia dunia dan akhirat, serta menjadi kebanggaan keluarga besarnya.
Ketika mengandung, istri Imran terus memohon dan bernazar pada Allah agar anaknya itu menjadi hamba terpilih, taat, mengabdi, dan mendapatkan bimbingan serta penjagaan dari Allah.
Saat bayinya lahir, Hanna memberikan nama terbaik bagi putrinya, yakni Maryam, disertai doa agar terhindar dari godaan setan. Ada sedikit rasa kecewa, karena tidak mendapatkan seorang putra. Namun, seperti kebanyakan sosok kekasih Allah lainnya, ia kemudian membuang jauh-jauh rasa itu. Karena inilah ia berdoa, “…Sesungguhya aku memohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.” Ibnu ‘Asyur menyebut penekanan ini sebagai bentuk penegasan bahwa Hanna telah ridha dan mencintai apa yang telah dikaruniakan padanya.
“Maka ketika melahirkannya, dia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah lebih tahu apa yang dia (Hannah) lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. ”Aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 36).
Ini yang patut diteladani oleh para orang tua. Pasalnya, tak jarang mereka menghiraukan anaknya karena lahir dan tumbuh tidak sesuai dengan apa yang mereka kehendaki sebelumnya. Lebih-lebih jika kasusnya soal kecacatan fisik ataupun mental si anak. Bagaimanapun halnya, Allah pasti telah memutuskan dengan cara terbaik dan menyisipkan banyak hikmah di balik itu semua. (Al-Tahrir wa al-Tanwir, juz 2 hal 234). Wa Allahu a’lam.
Kehamilan Maryam
Sebaliknya, kisah kehamilan Maryam adalah suatu kehamilan yang tak diharapkan. Seorang wanita yang taat dan selalu berdoa kepada Allah dalam mihrabnya, tak pernah berjumpa apalagi bersentuhan dengan laki-laki tiba-tiba diberi kabar hendak diamanahkan sebuah kehamilan.Maryam seperti halnya pamannya, Nabi Zakariya tentu saja heran, bagaimana bisa, ia tak menerimanya karena merasa bukan seorang pezina. Maryam bahkan berhara dirinya mati saja, karena sangat sedih tentang kehamilannya yang tidak ia harapkan.
Namun malaikat menyampaikan,
“Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.” (QS. Maryam : 22)
Begitulah, amat mudah bagi Allah, jika Allah menghendaki terjadinya kehamilan, bahkan di situasi yang paling tidak mungkin sekalipun. Semoga ini menjadi pengingat dan kabar gembira bagi siapa pun yang sedang menanti kehamilan ini, ingatlah, ini adalah perkara yang sangat mudah bagi Allah, kita hanya perlu memintanya dengan sungguh-sungguh seperti Nabi Zakariya.
Pun sebaliknya, seperti yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Maryam dalam ayat di atas, kehamilan itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan, sudah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wata’ala. Karenanya, ketika kehamilan pun datang kembali pada keluarga yang sudah mengalami kehamilan berkali-kali, jumlah anak yang tidak sedikit, hal tersebut tetaplah keputusan Allah yang harus diterima dengan penuh rasa syukur.
Malaikat juga menghibur Maryam,
“Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (QS. Maryam : 24)
Melalui kisah kehamilan Maryam ini, ustadz mengingatkan, bahwasanya setiap kehamilan harus diyakini sebagai anugerah, bagian dari rizki Allah. Jangan sampai kehamilan justru dianggap sebagai masalah baru. Kita harus meyakini bahwa Allah memberikan kehamilan itu pasti ada kebaikan yang dibawanya. Bagaimanapun, kehamilan itu adalah busyro, kabar gembira, maka bergembiralah ketika mendapat kehamilan.
MaasyaAllah, mendengar kajian kali ini bikin air mata nggak terbendung keluar. Memang ya, seringkali Allah itu ingin sampaikan pada kita sesuatu yang kemudian itu keluar dari ucapan orang yang sedang kita dengarkan. Dengan kondisi saya yang sedang hamil awal-awal saat itu, masih belum berkabar dengan banyak orang tentang kehamilan yang diberikan Allah dengan alasan tidak enak, tidak ingin membuat khawatir, tidak ingin menerima judgment yang tidak menyamankan hati. Tapi Allah langsung yakinkan melalui kajian ini. Kehamilan adalah anugerah, ia adalah busyro, subhanallah.Menjadi tantangan tersendiri untuk saat ini, ketika ibu hamil ke sekian dengan sudah memiliki anak yang tidak sedikit sebelumnya. Tidak seperti zaman dahulu yang biasa dengan kehamilan berkali-kali, saat ini manusia justru merasa heran jika ada keluarga yang memutuskan untuk tidak membatasi jumlah kehamilan, jumlah anak. Alasannya klise, apakah bisa mengurus, merawat, mendidik, membiayai kebutuhan-kebutuhan mereka dengan baik, subhanallah.
Di saat ibu sedang menerima perubahan fisik dirinya yang semakin menurun karena kehamilan, menerima secara psikis pula bahwa akan ada amanah baru yang akan diembannya, masih harus menerima pandangan miring dari luar tentang kehamilannya yang sebenarnya bukan sebuah masalah, sungguh bukan sikap yang bijak.
Kesedihan harus segera dihilangkan dari ibu hamil, seperti malaikat yang menghibur Maryam. Gunakan berbagai kesempatan untuk memanjatkan doa-doa yang baik, doa-doa untuk kebaikan-kebaiakan sebanyak-banyaknya. Makab dan minum yang baik pula.
Jangan berkecil hati jika kita punya harapan dan keinginan, namun takdir Allah berkata lain. Bisa jadi, ada kebaikan-kebaikan lain yang hendak Allah hadirkan untuk kita, seperti Hanna yang berharap mendapat anak laki-laki namun Allah anugerahkan padanya anak perempuan. Dan ternyata, ia hendak dianugerahi seorang cucu mulia lagi seorang Nabi yang sholeh, Isa alaihissalam. Jangan lupa menyiapkan nama yang baik kelak untuk ananda, nama yang baik mengandung harapan yang baik pula.
Pemeliharaan dan Jaminan Allah
Untuk mewujudkan generasi yang mulia, Hanna pun mencari pembimbing
yang pintar, bijak, dan saleh bagi putrinya itu. Allah kemudian ijinkan Nabi
Zakaria menjadi pembimbing Maryam agar menjadi manusia yang dekat dengan Allah.
Ikhtiar yang dilakukan Imran dan Hanna dari fase
perencanaan, memohon, memberi nama terbaik, menyiapkan tempat yang sesuai, dan
memilihkan pembimbing yang tepat akhrinya memperoleh keridhaan Allah.
“Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik,
membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaannya
kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus
ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana
ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya
Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” (QS.
Ali Imran :37)
Allah menerima ikhtiar serta persembahan Imran dan Hanna
dengan memberi perhatian, mencukupi kebutuhan, membimbing, dan memberikan
penjagaan dalam kehidupan Maryam. Maka kemudian Maryam hidup dalam pemeliharaan
serta jaminan Allah atas kehidupannya yang baik.
Ketika kita sudah mengupayakan dengan maksimal apa yang bisa
kita lakukan untuk mempersiapkan generasi terbaik, maka selanjutnya kita bisa
serahkan kepada Allah seperti Hanna yang menyerahkan putrinya Maryam sebagai
hambanya Allah. Ketika Allah menerimanya, maka pemeliharan, penjagaan serta
jaminan Allah akan kecukupan kehidupannya tidak perku kita ragukan lagi. Allah
akan memenuhi semuanya, layaknya Maryam yang senantiasa Allah siapkan
kebutuhannya.
Maryam bukan nabi
bukan rasul, Imran bukan nabi bukan rasul, pun demikian Hanna. Keluarga ini
manusia seperti kita, namun mendapatkan keistimewaan dari Allah karena mereka
membangun tarbiyah usariyah, tarbiyah keluarga yang bercita-cita mendekatkan
diri pada Allah. Maka kisah ini membuat kita seharusnya pula bersemangat untuk bisa menjadi keluarga yang membangun ketaatan pada Allah pula.
Kemudian dari hasil pengasuhan terbaik Imron dan Hanna terhadap Maryam, Allah anugerahkan sosok Isa Alaihissalam di kehidupan Maryam selanjutnya yang kemudian menjadi salah satu sejarah dunia dalam agama tiga agama samawi
BalasHapusitu kenapa keluarga ini istimewa ya pak, turun temurun menjadi orang yang spesial
HapusKeluarga Imran adalah salah satu keluarga yang dimuliakan dalam Alquran, aku membaca bahwa Imran bukanlah Nabi, tapi namanya mendapat tempat istimewa menjadi nama salah satu surat dalam Alquran. Sungguh banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dalam kisah keluarga imran ini.
BalasHapusiyes, tiap fasenya ada hikmahnya, alhamdulillah
Hapuskeluarga imran adalah keluarga yang layak untuk menjadi panutan umat manusia. ini adalah contoh bahwa manusia juga bisa d angkat derajatnya oleh Allah krena ketaatannya
BalasHapuskita manusia biasa sama kaya imron, kudu nya kita punya kesempatan yang sama ya, heu heu
HapusMasya Allah.. setelah membaca ini aku jd ada bahan buat di kisahkan ke anak-anak dirumah mbak..
BalasHapusMasyaallah...betul sekali ya mbak, kehamilan itu anugerah karena tidak setiap perempuan bisa merasakannya.
BalasHapusBelajar banyak dari kisah keluarga ini, tentang keikhlasan juga kekuatan seorang perempuan
Masya Allah .. Kudu belajar terus memperbaiki diri. Huhu ..
BalasHapusSemoga bisa terus memperbaiki diri
Masya Allah, sangat inspiratif.
BalasHapusBahkan hampir di setiap cerita kehidupan kita pun nggak luput dari rasa syukur yang harus selalu kita ucapkan setiap detiknya yaa.
Semangat semangat, anak adalah anugerah dan kabar gembira. Sambut dengan bahagia dan syukur.
BalasHapusmasya Allah ya kisah2 dalam al quran itu, pilihan termasuk kisah keluarga imron ini. melahirkan seorang anak perempuan yang mulia dan pilihan untuk melahirkan seorang nabi tanpa suami , allahu akbar.
BalasHapusbanyak hikmah yang bisa kita petik dari sini ya mbak, btw sekolahnya keren ya ada pembinaan semacm ini
Meski nggak diinginkan nyatanya Maryam misalnya, melahirkan salah satu nabi terbaik. Memang hikmah dan kebahagiaan itu ada saat kita bersabar. Sesungguhnya Allah yg lebih tahu apa yang terbaik untuk kita :) reminder sekali dan menginspirasi mba ulasannya
BalasHapusMasya Allah membaca ini jadi flashback perjuangan istri saat melahirkan. Membaca ayat2 dalam surat maryam yang berisi kisah2 luar biasa
BalasHapusMasyaa Allah,, aku pernah juga dapat pelajaran tentang jejak Maryam saat ia mengandung dan berjalan lalu ditunjukan dimana saja tempatnya istirahat.. Dan ini ditulis lengkap dari kluarga Imron.. Serasa membayangkan bagaimana perjalanan mereka..
BalasHapushmm jadi punya ide buat bahan belajar sama anak nih mbak hihihi, terima kasih banyak yaa
BalasHapus