Bismillahirrohmaanirrohiim.
Kali ini ummi mya ingin membahas tentang pendidikan di
negeri kita ya teman-teman. gaya banget ya, wkwkwk ya anggaplah sumbangsih pemikiran
sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan generasi penerus.
Sebenarnya, bahasan ini pernah ummi mya tuangkan dalam
sebuah essay yang dilombakan dulu, namun file nya belum nemu lagi, huhuhu
eman-eman ya. Karenanya ummi mya tulis lagi di sini supaya mengarsipkan
pemikiran ini. Mungkin bahasan di sini belum lengkap nantinya karena sifatnya
sebagai pembuka wacana. Untuk selanjutnya bisa dikembangkan agar diteliti lebih
lanjut.
Ya, ini adalah wacana tentang pemisahan kelas di sekolah berdasar
gender, atau pemisahan kelas antara putra dan putri di suatu sekolah. Kita
ketahui bahwa sebagian besar sekolah di sekitar kita masih menerapkan kelas
campur antara laki laki dan perempuan. Pun sekolah yang menyatakan diri sebagai
sekolah Islam. Padahal di usia di mana anak-anak ini sudah cukup besar, bahkan
sudah baligh.
Tulisan ini hanya mengajak untuk memikirkan ulang tentang
kebijakan pemisahan kelas berdasar gender. Barangkali bisa membawa kebaikan
lebih banyak. Bagaimanapun ada syariat yang melandasinya. Pemenuhan syariat
adalah kunci keberkahan. Dengan kelas pisah gender ini, berharap pendidikan
yang diselenggarakan bisa mencapai optimalisasinya.
Apa itu Kelas Pisah Gender?
Kelas berbasis gender
merupakan pemisahan kelas laki-laki dan perempuan adalah model pemisahan yang
membagi peserta didik berdasarkan jenis kelamin, jadi peserta didik yang
berjenis kelamin laki-laki berada dalam satu ruang kelas dengan jenis kelamin
sama begitu juga sebaliknya.
Mengapa Harus Pisah Gender?
Banyak sekolah menerapkan kelas pisah gender dengan berbagai
alasan. Namun di sini saya hanya akan menyampaikan alasan berdasar syariat. Karena
alasan syariat adalah alasan mendasar.
Perbedaan Anak Laki-laki dan Perempuan
Allah langsung yang memberikan informasi kepada kita
bahwasanya anak laki-laki itu tidak sama dengan anak perempuan. Karenanya pendidikan
yang diberikan kepada anak laki-laki akan berbeda dengan anak perempuan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki dan
perempuan belajar dengan cara yang berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa otak
anak perempuan berbeda dengan otak anak laki-laki.
Contoh yang terjadi, sejumlah riset untuk mengkaji bagaimana
gender berhubungan dengan pembelajaran matematika, laki-laki dan perempuan
dibandingkan dengan menggunakan berbagai variabel termasuk kemampuan kinerja,
bakat, bawaan, motivasi, dan sikap.
Sejumlah penelitian meyakini bahwa pengaruhi faktor jenis
kelamin dalam matematika ialah disebabkan terdapatnya perbedaan biologis dalam
otak siswa laki-laki dan perempuan yang terungkap melalui pengamatan, bahwa
siswa perempuan, secara umum, lebih unggul dalam bidang bahasa dan menulis,
sedangkan siswa laki-laki lebih unggul dalam bidang matematika sebab sejumlah
kemampuan ruangnya yang lebih baik. Dampaknya, perbedaan gender dalam
matematika sangat sukar untuk diubah.
Begitulah, karena mendampingi, mendidik anak laki-laki tidak
sama dengan mendidik serta mendampingi anak perempuan.
Menghindari Ikhtilat
Ikhtilat diartikan sebagai pencamurbauran antara laki-laki
dan perempuan. Hal ini dilarang agar tidak menjerumuskan manusia kepada hal
yang lebih terlarang lagi.
“dan janganlah kamu mendekati zina, itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’: 32).
Bahwa Allah Ta’ala telah menjadikan kekuatan bagi laki-laki dan naluri tertarik kepada wanita. Demikian juga Allah telah menjadikan naluri wanita tertarik kepada laki-laki bersamaan dengan kelemahan dan kelembutannya.
Maka jika terjadi percampuran (antara keduanya) niscaya timbullah dampak-dampak yang menimbulkan tujuan yang buruk, karena sesungguhnya jiwa itu banyak memerintahkan kepada keburukan, dan hawa-nafsu akan membutakan dan menjadikan tuli, serta syaithan akan memerintahkan kekejian dan kemungkaran.
Adapun secara
terperinci bahwa syari’at itu dibangun di atas al-maqashid (tujuan-tujuan) dan
wasa-il (sarana-sarana) nya. Dan sarana yang menghantarkan kepada satu tujuan
memiliki hukum yang sama dengan tujuan. Wanita adalah tempat untuk menyalurkan
kebutuhan laki-laki, dan Pembuat syari’at telah menutup pintu-pintu yang
menghantarkan kepada keterikatan setiap individu dari kedua jenis itu kepada
yang lain. (https://almanhaj.or.id/2844-ikhtilath-sebuah-maksiat.html)
Pemisahan kelas di sekolah ini justru meningkatkan konsentrasi para siswa karena salah satu pengalih konsentrasi mereka, yakni ketertarikan dengan lawan jenisnya paling tidak dihilangkan. Ini terjadi di salah satu SMA Negeri di Aceh yang menerapkan kelas pisah gender ini. Siswa di sana berpendapat pemisahan ruang belajar antara laki-laki dan perempuan ini bisa membuat mereka lebih fokus belajar. Menurutnya tingkat konsentrasi belajar antara siswa perempuan dan laki-laki berbeda. Pemisahan ruang kelas ini, kata dia, bisa membuat mereka lebih nyaman belajar.
Bagaimana Penerapannya?
Diharapkan pemisahan kelas berdasar gender ini bisa dimulai
ketika anak-anak memasuki usia pra baligh, atau sekitar kelas besar usia dasar,
yakni memasuki kelas , 5 dan 6. Untuk kelas lebih besar lagi sekitar usia SMP atau
SMA maka lebih utama lagi untuk diterapkan mengingat mereka sudah usia baligh.
Kelas Pisah Gender di negeri lain
Kelas pisah gender ini sudah banyak diterapkan di negara lain
bahkan Negara yang tidak mayoritas beragama muslim. Mereka menyebutnya single
sex class. Di Amerika sendiri misalnya, tahun 2006 mulai muncul kelas ini dan
kini sekitar 80 sekolah sudah menerapkan kelas pisah gender ini. Hal ini karena
mereka menyadari adanya perbedaan anatara laki-laki dan perempuan serta cara
mendidik mereka.
Berharap Keberkahan
Demikian bahasan singkat tentang wacana kelas pisah gender ini, masih banyak hal yang bisa dikulik, serta informasi yang bisa didapat. Tulisan ini hanya sebagai pemantik untuk mencari tahu masalah ini lebih jauh lagi.
Terlepas dari semua pendapat dan alasan penguat adanya kelas pisah gender, saya hanya ingin menyampaikan, bahwa ketika Al Qur’an dan Hadits telah memberi petunjuk, maka mengikutinya adalah yang lebih utama, karena kita berharap bukan sekedar keberhasilan, kesuksesan atas metode yang kita pilih berdasar logika. Namun ada keberkahan yang ingin kita capai dengan mengikuti petunjuk sesuai syariat. Allahu a’lam.
"Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." Q.S Thaha : 123
Semoga Allah bimbing kita.
salam, ummi mya
Posting Komentar
Posting Komentar