blog mya wuryandari

Perjuangan Hamil dengan Simfisis Pubis Disfungsi

Posting Komentar

 

simfisis

Bismillahirrohmaanirrohiim

Alhamdulillahiladzi bini’matihi tatimusholihaat

Betapa bersyukurnya ummi mya ketika hendak menuliskan pengalaman berjuang melewati masa kehamilan yang luar biasa karena diiringi dengan simfifis pubis disfungsi atau Symphisis Pubis Dysfuntion. Karena jadi ingat memang rasanya tidak mudah, beberapa dokter ataupun bidan yang saya temui juga belum terlalu memahami kondisi ini. Sehingga terkesan menjadi ibu hamil yang mengeluh berlebihan karena sakit yang dirasakan. Laa haula walaa quwwata illa billah, jika bukan karena Allah yang beri kekuatan, rasanya bener-bener pengen rebahan saja karena bergerak rasanya sakit semua, huhuhu.

Oleh karena itu, ummi mya ingin berbagi pengalaman ini, agar ibu hamil, barangkali ada yang merasakan hal yang sama, memahami kondisi ini, untuk selanjutnya diserahkan ke masing-masing tergantung kondisi tingkat keparahannya, apakah diterapi atau memilih bersabar. Paling tidak, kita memahami dulu apa yang terjadi dengan tubuh kita.

Baiklah mari kita kenalan dulu dengan si SPD ini ya.

Apa itu Simfisis Pubis Disfungsi (Symphisis Pubis Disfunction/SPD)

Menurut Debra Rose Wilson PhD dari Walden University, Simfisis Pubis Disfungsi adalah kumpulan gejala yang menyebabkan ketidaknyamanan pada daerah pelvis (panggul). Dimana Sambungan sendi yang dibuat dari jaringan padat /jaringan keras (ligamen) yang menyambungkan antara panggul kiri dan kanan, menjadi meregang dan tidak stabil karena produksi hormone relaxin yang meningkat selama masa kehamilan.

Kehamilan memang akan membawa perubahan pada kondisi tubuh ibu hamil, salah satunya adalah rasa ngilu pada daerah kemaluan. Hal ini akan dirasakan ibu hamil ketika melakukan gerakan tertentu seperti naik tangga, turun dari tempat tidur, atau gerakan lainnya yang berhubungan dengan otot-otot di sekitar kemaluan.

Awalnya ummi mya mendiagnosa sendiri dengan bantuan google mencari tau apa yang sebenarnya dialami, dengan kata kunci 'sakit di kemaluan saat hamil'. Ternyata memang ada kondisi seerti itu dan tidak saya sendiri. Bahkan keluar nama-nama selebriti yang juga mengalaminya, salah satuny Oki Setiana Dewi.

Ngilu pada tulang atau otot sekitar kemaluan yang disebut Simfisis Pubis Disfungsi (SPD) sebenarnya normal dialami ibu hamil. Di masa akhir kehamilan, hormon relaksin akan membuat otot panggul dan jalan lahir merenggang untuk mempersiapkan kelahiran bayi. Namun, perenggangan ini juga bisa menjadi terasa menyakitkan pada beberapa ibu hamil.

SPD sendiri adalah kelainan atau penyakit yang disebabkan karena sendi yang bisa merenggang pada rongga di bagian kemaluan. Penyebab masalah ini adalah kondisi ligamen yang seharusnya menjaga tulang panggul tetap lurus, menjadi terlalu rileks dan renggang. Akibatnya, sendi pelvis menjadi tidak stabil dan menyebabkan rasa ngilu pada daerah kemaluan.

Sebenarnya hormon relaxin yang meningkat adalah hal yang wajar dan harus terjadi. Ia mempengaruhi beberapa otot seperti pinggul, perut, dasar panggul, dan panggul. Pelonggaran yang terjadi pada otot-otot itu dimaksudkan untuk meningkatkan jangkauan gerakan dan membantu ibu hamil saat melahirkan nanti. Namun, hal itu juga membuat sendi-sendi sekitar panggul menjadi tidak seimbang dan lebih bisa banyak bergerak dari biasanya. Nah, hal inilah yang menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit tersebut.

tulang simfisis
tulang panggul dengan kondisi SPD

Uniknya, ada bebebapa kasus ibu hamil yang sudah mengalami gangguan SPD sejak awal kehamilannya. Padahal SPD ini cenderung dialami oleh ibu hamil di trimester kedua hingga ketiga. Ummi mya sendiri mengalami SPD di kehamilan ke 4 namun baru muncul di tengah trimester ke 2 dan tidak terlalu parah sakitnya. Namun di kehamilan ke 5, SPD mulai terasa sejak trimester pertama dan semakin bertambah usia kehamilan, bertambah parah sakitnya.

Kondisi ini sebenarnya tidak berbahaya bagi janin, tetapi bisa sangat menyakitkan bagi ibu hamil. Pada beberapa ibu, rasa sakitnya bisa sangat parah sehingga mempengaruhi mobilitas. Tentu saja jika kita merasa kesakitan, maka kita tidak bisa menikmati masa kehamilan dengan nyaman.

Apa Saja Gejala SPD?

Gejala-gejala SPD dapat bervariasi bagi setiap ibu, baik dalam hal keparahan dan bentuk rasa sakitnya. Diagnosis SPD didasarkan pada tanda dan gejala tertentu yang mungkin ibu alami selama kehamilan atau sesudahnya.

Gejala yang paling sering dialami adalah:

1. rasa sakit di bagian depan tulang kemaluan

2. rasa sakit di punggung bawah pada satu atau kedua sisi

3. sakit di antara anus dan vagina (perineum)

4. Rasa sakit itu kadang-kadang menjalar ke paha dan ibu mungkin juga mendengar atau merasakan suara gerusan atau bunyi klik di pelvis

Saya  sendiri paling sering merasakan sakit di bagian depan tulang kemaluan. Ini tentu saja sangat mengganggu dan menyulitkan ketika berjalan, apalagi ketika berjalan di area tanjakan atau menaiki tangga, turun dari tempat tidur, berdiri lama, bangkit dari posisi duduk, atau berkendara motor dengan jarak agak jauh.

Hal ini membuat saya kesulitan dan menjadi lamban, rasanya ingin rebahan atau duduk-duduk saja, heu.. saya merasakan ada perbedaan karena di kehamilan pertama rasanya baik-baik saja bahkan saya aktif ke kampus dan berkeliling kota dalam rangka penelitian tugas akhir kuliah.

Mungkin orang akan berpikir saya adalah ibu hamil yang malas, manja, hehehe padahal rasanya sakit jika dibuat banyak aktifitas, kita pun inginnya tetap bisa leluasa bergerak tanpa rasa sakit kan.

Apa Penyebab SPD?

Mungkin kita akan bertanya Tanya, “Ini kenapa ya?” Beruntung bagi saya  yang mengalami kehamilan lebih dari 1 dan sudah mengalami kehamilan yang baik-baik saja sebelumnya. Agak kasian ketika itu merupakan kehamilan pertama, mungkin akan menganggap ya begitulah kehamilan. Seperti  teman yang bertukar cerita kehamilan, ternyata ia mengalami SPD namun sejak kehamilan pertamanya. Karena tidak tahu ya berpikir begitulah rasanya hamil.

Memang saat kita bercerita kepada orang lain, kadang jawaban mereka adalah, “sudahlah, dinikmati saja, memang harus begitu.” Kita mungkin merasa tidak dipahami. Karena memang rasanya kurang nyaman.

Sebenarnya apa sih penyebab SPD itu?

Terkadang tidak ada penjelasan yang jelas untuk penyebab SPD. Biasanya itu adalah kombinasi dari beberapa faktor, termasuk:

1. perubahan aktivitas otot-otot di perut, panggul, pinggul dan otot dasar panggul, yang dapat menyebabkan sendi panggul menjadi kurang stabil.

2. Jatuh, kecelakaan, atau kelemahan sebelumnya yang telah merusak panggul atau pinggul

3. Hormon relaxin yang dilepaskan selama kehamilan dapat menyebabkan peningkatan kelonggaran ligamen dan otot di seluruh tubuh, membuat sendi tidak stabil.

4. kadang-kadang, posisi bayi dapat menghasilkan gejala yang berkaitan dengan SPD.

Nah, saya pikir, kemungkinan saya memiliki cedera panggul yang tidak disadari. Bebrapa kali saya pernah jatuh dari motor, jatuh terpeleset dan sebagainya. Jika kondisi hamil, memang tidak akan terasa. Namun jika hamil, maka kombinasi dari adanya beban janin, peregangan hormom relaxin, membuat SPD itu muncul dan semakin parah sesuai bertambahny usia kehamilan.

Ada beberapa hal yang meningkatkan risiko SPD:

1. berat badan berlebihan selama kehamilan

2. memiliki bayi besar atau bayi kembar

3. postur sehari hari yang buruk

4. aktivitas berat/ memiliki pekerjaan fisik atau beban kerja yang berat

5. riwayat trauma pada panggul

6. telah mengalami SPD pada kehamilan sebelumnya

faktor pemicu SPD

Bagaimana Mengatasi SPD?

Biasanya, saat saya mengeluhkan kondisi SPD ini pada dokter atau bidan, mereka akan  mengatakan :, “Istirahat ya Bu, jangan capek-capek.”  He hehe, Memang benar saat mengalami SPD ada baiknya perbanyak istirahat,  namun apakah hanya cukup dengan istirahat, maka SPD akan hilang? Tentu saja tidak!

Istirahat akan mengurangi aktifitas sehingga tidak memperparah rasa sakit yang timbul, namun tidak menyembuhkan SPD itu sendri. Akan jauh lebih baik apabila kita mendapatkan beberapa alternatif solusi untuk membantu paling tidak meringankan gajala yang dirasakan.

Yang perlu kita lakukan saat SPD semakin parah:


1. Sampaikan ke dokter atau bidan apa yang kita alami, kalau perlu sampaikan bahwa kita mencurigai bahwa mengalami SPD ini. Dengan begitu, dokter atau bidan mungkin akan merujuk ke Fisioterapi untuk melakukan penilaian dan pemeriksaan, diikuti oleh pengobatan (jika diperlukan) dan saran tentang cara mengelola kondisi kita. KOnsultasi dengan dokter juga membantu mempersiapkan kelahiran kelak.

2. Konsultasi dengan dokter apakah boleh mengkonsumsi obat pereda nyeri apabila sakitnya tak tertahankan.

Karena kenal dengansalah satu bidan yang juga memiliki keahlian di bidang fisioterapi , yakni dengan metode PAZ (pengobatan akhir zaman) yang concern pada pembenahan rangka tulang untuk pemulihan penyakit, saya memilih berkonsultasi dengan beliau. Saat saya menyampaikan keluhan, saya merasa sangat dimengerti. Beliau bilang, “Ya Allah mba, itu kan sakit banget”. Heu heu. Akhirnya ada yang mengerti apa yang saya rasakan. Kemudian saya pun melakukan fisioterapi untuk mengurangi rasa sakitnya.

Setelah diterapi, tentu tidak langsung hilang ya, ada gerakan yang harus diulang ulang agar terapi yang dilaksanakan bisa optimal mengurangi rasa sakit bahkan mengembalikan kondisi menjadi baik seperti semula. Karena, meski beberapa kondisi ibu hamil dengan SPD dapat melahirkan secara sontan, namun posisi rangka yang benar akan memudahkan proses kelahiran. Sebaliknya, kondisi rangka yang tidak teat akan menyulitkan.

Sejauh ini belum banyak informasi tentang apakah kondisi SPD ini memerlukan operasi untuk proses melahirkan atau tidak. Beberapa ibu berhasil melahirkan dengan spontan meski ada juga yang kemudian harus operasi. Kondisi yang berbeda pada tiap ibu membuat menjadi pertimbangan

Untuk  kasus saya, mungkin terapi yang dilakukan terlalu dekat dengan waktu melahirkan. Sehingga meski dapat mengurangi rasa sakit, namun qodarullah akhirnya harus melahirkan dengan melewati operasi Caesar.

Untuk Ibu yang Mengalami SPD

Ibu-ibu yang mengalami SPD, tetaplah berbahagia. InsyaAllah rasa sakitnya hanya sementara, tidak selamanya. Buah hati yang kita nantikan akan segera kita temui.  Yang kita rasakan semoga menjadi penggugur dosa. Bisa jadi ada dosa-dosa yang belum bisa terbersihkan melalui hal lain, maka Allah berikan rasa sakit itu agar Allah juga bisa mengangkat dosa kita. Yang bisa kita lakukan adalah

Bersabar

Bersabar dengan kondisi yang dialami, yakinlah ini tidak selamanya, aa yang kita alami ini menjadi sesuatu yang diharapkan sebagian orang yang menanti buah hati, ala kulli hal kita perlu mensyukuri buah hati yang Allah amanahkan kepada kita.

Ridho

Ridho adalah bentuk penerimaan atas apa yang sudah Allah tetapkan untuk kita. Tidak ada daun yang jatuh tanpa seijin Allah. Demikian pula apa yang terjadi dengan kita. Maka kita hanya perlu menjalani apa yang sudah menjadi ketetapanNya.

Ikhtiar

Ikhtiar yang bisa dilakukan antara lain, melakukan aktivitas harian yang lebih ringan agar tak memperburuk SPD, melakukan fisioterapi jika memungkinkan , serta mengetahui cara melahirkan dengan lebih mudah. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan yang dipercaya.

Ibu juga bisa menggunakan sabuk pengaman ibu hamil yang digunakan untuk menyokong beban perut yang makin meningkat saat kehamilan.

Tawakkal

Selebihnya, serahkan pada Allah ya ibu ibu. Allah yang berkehendak memberikan rasa sakit, Allah pula yang bisa mengangkatnya. Dengan mengetahui kondisi diri, memahaminya, semoga juga bisa menanganinya dengan tepat. Untuk itu jangan sungkan bertanya atau menyampaikan apa yang dialami karena kondisi tiap ibu hamil bisa berbeda.

Terakhir, semoga Allah mengkaruniakan jiwa yang bersih, tenang kepada para ibu hamil sehingga bisa bersabar, ridho, serta tawakkal kepada Allah atas apa pun kondisi yang dialami selama kehamilan. Dengan begitu, bisa menjalani kehamilan dengan bahagia.

Salam, Ummi Mya

Related Posts

Posting Komentar