Datangnya Ramadhan adalah sebuah sukacita tersendiri. Ia
dihadirkan Allah untuk membawa kemuliaan, ampunan, pahala berlipat serta
kebahagian yang penuh berkah.
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/385).
Pandemi yang tak kunjung usai, tidak boleh menyurutkan
semangat kami menyambut Ramadhan yang penuh keberkahan. Itulah yang terbersit
dalam hati kami ketika Sya’ban datang. Berdoa agar Allah berikan kami
kesempatan merasakan kegembiraan Ramadhan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sebagaimana adab seorang muslim seharusnya dalam menyambut Ramadhan,
bergembira.
Ramadhan tahun lalu benar-benar sepi. Pandemi alasannya,
kami tidak bisa berkegiatan seperti biasanya. Tak ada pawai anak-anak keliling
komplek membuat meriah suasana menyambutnya, taka da kegiatan mengaji sore dan
buka bersama, tak ada kajian ibu-ibu dengan majelis offline, tadarus bersama,
dan I’tikaf.
Ramadhan kali ini kami tidak ingin mengulanginya. Karena
angka warga yang terpapar pun nihil saat itu, akhirnya kami dari Majelis Taklim
komplek bermusyawarah, kemudian mengumpulkan tekad untuk merancang dan
melaksanakan agenda-agenda Ramadhan untuk warga dengan memodifikasi agenda serta
dengan penyesuaian-penyesuaian mengikuti kondisi yang ada.
Kali ini saya ingin berbagi
mengenai apa yang kami, ibu-ibu taklim Khoirunnisa Emerald (dibantu
segenap pihak juga dukungan bapak-bapak Takmir Masjid Al Ikhlas), lakukan di Ramadhan 1442 H/ April 2021
kemarin serta antusiasme warga menyambut dan mengisinya. Alhamdulillahiladzi
bini’matihii tatimmusholihat.
Kegundahan yang Melahirkan Semangat Bergerak
Awalnya muncul kegundahan kami mengenai Ramadhan yang akan
datang sebentar lagi, kami tidak ingin Ramadhan sepi seperti tahun sebelumnya,
tidak terlihat semarak Ramadhan seperti biasanya. Di mana kami bisa saling
merasakan semangat berlomba dalam kebaikan, semangat berbagi, semangat saling
mengingatkan untuk kebaikan.
Tidak ingin Ramadhan berlalu begitu saja, padahal ia
memiliki keutamaan yang luar biasa. Meski ini pandemi, kami tidak ingin
Ramadhan kami tak bersemi.
Karenanya kemudian kami berusaha bergerak. Melakukan apa
sekiranya yang mampu dilakukan. Berharap kemudian, kami bisa menghadirkan
Ramadhan yang penuh suka cita dan istimewa di hati kami semua. Terutama juga
anak-anak. Kami ingin meninggalkan ingatan di kepala mereka, serta rasa bahagia
di hati mereka tentang kedatangan bulan yang mulia ini. Ramadhan harus special,
itulah yang kami upayakan.
Menyatukan Kegundahan ; Menyatukan Semangat
Tentu saja, ternyata kami tidak sendiri. Setelah berbincang
dengan warga lainnya, ternyata banyak pula yang memiliki kegundahan yang sama.
Tidak sedikit yang juga berharap Ramadhan kali ini menjadi lebih hidup dibanding
tahun lalu. Ramadhan dan tidak Ramadhan harus ada perbedaannya.
Kami pun menyatukan semangat, karena bagaimanapun, bersama
lebih baik. Kami mulai menyampaikan pemikiran-pemikiran dan ide-ide kami.
Meramunya sedemikian rupa hingga terbentuk sebuah rencana. Semua masih
dilakukan via daring, melalui grup whatsapp.
Dari kegundahan yang menggerakkan, kami satukan semangat.
Kami berharap bisa menghadirkan kegembiraan di hati orang-orang beriman dengan
datangnya Ramadhan, sebagaimana seharusnya.
Musyawarah, Kemudian Bulatkan Tekad dan Bertawakkal
Setelah mengerucut semakin jelas, maka kami pun segera
bermusyawarah. Awalnya musyawarah daring, kemudian dilanjutkan dengan bertemu
di masjid, masing-masing penanggung jawab agenda menjabarkan teknis pelaksanaan
agendanya.
Memang tidak bisa sama seperti tahun-tahun sebelumnya,
mengingat masih ada aturan pemerintah berkenaan dengan pandemi ini, maka
kegiatan yang sifatnya berkerumun harus dibatasi. Musyawarah inilah yang
kemudian menghasilkan kesepakatan tentang bagaimana teknis pelaksanaan
agenda-agenda yang diusulkan.
Untuk beberapa agenda seperti pesantren ramadhan untuk
anak-anak butuh disiasati sedemikian rupa. Jumlah peserta yang mencapai 100
anak lebih akan membuat kami kesulitan mengontrolnya. Karena itulah, peserta
kami bagi menjadi 2 kelompok, dan masuk pesantren pun tidak setiap hari, namun
selang seling bergantian dengan kelompok lainnya. Misal kelompok A masuk senin,
rabu dan jum’at, maka kelompok B selasa, kamis dan sabtu.
Kami juga menyediakan Ramadhan kit berupa buku aktifitas
ramadhan dan masker untuk setiap anak. Juga pemberian madu tiap pekan berupa
madu sachet. Tiap anak membawa tempat makan yang sudah dinamai untuk kemudian
dikumpulkan dan diisi oleh ibu-ibu yang bertugas membagikan takjil. Hal ini
agar kami bisa meminimalisir sampah plastik.
Muyawarah memudahkan kami menyiapkan segala sesuatunya,
terkait jadwal, pembagian pengajar, time schedule agenda anak-anak dan ibu-ibu,
juga saling menguatkan dan membantu tugas satu sama lain. Sunggu salut dengan
ibu-ibu panitia, di sela kesibukannya membersamai keluarga, tetap semangat
menghadirkan kegembiraan ramadhan di hati banyak orang. Semoga Allah meridhoi.
Rintangan dan Solusi
Dalam setiap langkah kebaikan, tidak perlu kecil hati ketika mendapat rintangan di tengah jalan. Kita hanya perlu melewatinya.
Jalan kebaikan ataupun jalan dakwah tentu saja tidak pernah mudah, namun bisa jadi ia penuh pertolongan dan berkah.
Pun agenda ini. Sempat hampir terhalang karena pengurus RW kami
baru saja mengikuti rapat di kelurahan dan Pak Lurah meminta membatasi kegiatan
masyarakat, sehingga hamper saja rencana matang itu terhalang untuk
direalisasikan.
Bersyukur ketika dikonfirmasi, tidak ada larangan mutlak,
hanya disarankan untuk dibatasi. Alhamdulillah, dalam rancangan kami pun sudah
ada pembatasan baik waktu maupun jumlah anak per harinya. Setelah kami
jelaskan, Alhamdulillah kami dipersilahkan melanjutkan kembali.
Rintangan selanjutnya, tentu saja dengan segala
kebutuhannya, kegiatan ini memerlukan dana yang tidak sedikit, dana TPQ maupun
Kas Taklim ibu-ibu tentu saja tidak cukup untuk mengcover keseluruhannya.
Karena itu kami membuka kesempatan pada para warga yang hendak ber infaq untuk membantu
kelancaran terlaksananya agenda Ramadhan.
Di awal-awal kami sempat khawatir karena dana yang masuk masih jauh dari anggaran yang kami butuhkan. Berbekal keyakinan bahwa Allah akan cukupkan, Alhamdulillah seiring berjalannya agenda, dana infaq yang masuk terus bertambah dan akhirnya mencukupi keseluruhan kebutuhan .
Ramadhan Kami Pun Bersemi
Inilah sebagian potret Ramadhan kami di saat pandemic yang Alhamdulillah
tetap bersemi dan menorehkan kebahagiaan, kegembiraan serta keceriaan yang
penuh kenangan di hati kami dan anak-anak kami.
- Tarhib penuh keceriaan meski di rumah
Jika biasanya kami melaksanakan tarhib
(menyambut ramadhan) dengan pawai keliling komplek sembari syiar dan
mengingatkan aka nada bulan istimewa datang, maka teknologi kini memudahkan
kami untuk tetap menghadirkan keceriaan tarhib meskipun tidak pawai.
Kami membuat lomba tarhib, yakni dengan meminta peserta menghias rumahnya secantik mungkin dalam menyambut ramadhan. Ada 3 hadiah menarik yang siap dibetrikan untuk mereka yang menghias rumahnya dengan baik.
Untuk penilaiannya kami meminta bantuan
bapak Takmir, Pak Teddy, seorang seniman serta istrinya Bu Winky.
- Pesantren Ramadhan Anak-Anak
Pesantren anak-anak ini adalah inti
kegiatan kami. Yang paling membutuhkan banyak energy dan pemikiran, hehehe
Dilaksanakan dalam waktu 3 pekan, senin hingga sabtu, hanya saja untuk peserta, seperti yang sudah diceritakan di atas, peserta dibagi menjadi 2 kelompok A dan B, serta tiap kelompok masuk bergantian selang seling dengan kelompok lainnya.
Agenda pesantren selain baca tulis al Qur’an,
tiap harinya ada materi tentang aqidah, fiqih
dan shiroh. Setelah ulang anak-anak mendapatkan snack untuk berbuka yang
diberikan panitia.
Kelancaran agenda ini selain ibu-ibu yang mengajar anak-anak, juga ada ibu-ibu yang cekatan mengemas takjil ke dalam tempat makan masing-masing anak yang dibawa dari rumah. Jadi ketika datang, anak-anak menyerahkan tempat makannya di meja depan sebelum masuk ke masjid. ketika pulang nanti, mereka ambil kembali tempat makannya yang sudah terisi.
- Kajian Ibu
Dalam 3 pekan, ada kajian pekanan di hari
Ahad membahas shiroh “ummahatul mukminin”, yang kali ini kita belajar kisah
Aisyah, Hafshah dan Khadija.
Meski tidak banyak, tapi beberapa ibu
terlihat datang dan antusias. Untuk memfasilitasi yang memilih tidak keluar
rumah, kami juga merekam kajian dan menyiarkannya di FB live serta youtube.
MasyaAllah ramadhannya lebih dapet feel nya kalau begini. Masih ngerasain tarhib ramadhan juga. Impactnya besar banget untuk anak-anak lho mbak. Mereka jadi makin semangat menyambut ramadhannya. Kami juga suka bikin acara sendiri menjelang ramadhan kayak hias rumah, bebersih, jadi anak-anak terasa menyambut datangnya ramadhan.
BalasHapus