Mendapat kesempatan mengalami langsung terpapar virus dan menjalani isoman (isolasi mandiri) itu merupakan pengalaman berharga. Banyak pelajaran yang bisa diambil darinya. Karenanya, mumpung masih ingat, (sebelum beneran lupa) saya ingin berbagi sedikit cerita saat isolasi mandiri kami di akhir Juni hingga awal Juli 2021 kemarin.
Saat itu bulan Dzulqo’dah. Salah satu bulan haram, di mana
setiap amal dilipatgandakan pahalanya, demikian pula setiap perbuatan maksiat
dilipat gandakan dosanya. Heu.. syerem kaan.
Belakangan saya sadari 3 tahun berturut turut ini, Dzulqo’dah
menjadi bulan yang penuh history bagi keluarga kami, terutama saya.
Tiga tahun yang lalu di bulan Dzulqo’dah saat orangtua suami
pergi Haji (itu adalah tahun terakhir sebelum haji ditiadakan sementara karena
Corona). Saya mengalami keguguran. Kapan-kapan saya cerita
juga tentang ini. Pertama kali masuk ruang operasi karena harus melakukan
prosesi kuretase, membersihkan sisa-sisa jaringan yang ada di dalam rahim. Dzulqo’dah
tahun berikutnya, saya masuk ruang operasi lagi, kali ini untuk mengeluarkan
bayi Hilya. Pertama kali mengalami bedah Caesar dadakan karena sebelumnya masih
yakin bisa melahirkan spontan. Dan Dzulqo’dah tahun ini, qodarullah kami
dihampiri virus yang sedang mewabah dan mengharuskan kami isolasi mandiri di
rumah.
Alhamdulillaah ‘ala kulli hal…
Semoga itu semua adalah bagian dari proses pembersihan dosa-dosa yang selama ini menempel dan sulit hilang, laa ba’tsa, thohuurun insyaAllah, bagi yang masih isoman semangat ya..
Menyadari ini Covid : Harus Bagaimana?
Tentu saja saya tidak langsung mengenali bahwa yang kami
alami adalah covid. Episode sakit itu dimulai dari anak-anak yang mengalami
demam batpil bergantian, saya pun lakukan hometreatment seperti biasanya. Kemudian
setelah anak-anak sembuh, mulai lah saya merasa tidak enak badan. Awalnya juga
hanya berpikir kelelahan karena merawat anak-anak yang sakit bergantian. Namun karena
memang kasusnya makin marak di tempat tinggal kami, maka saya memilih untuk
berhati-hati dan stay at home. Saya ijin untuk tidak mengajar TPQ di masjid,
anak-anak pun saya liburkan dan tidak boleh main di luar dulu. Kami lockdown, isolasi
mandiri. Suami juga bekerja di rumah karena
mengurus anak-anak.
Sehari setelah saya drop, suami menyusul. Gejalanya bahkan nampak
lebih berat dari saya, dua hari pertama kami hanya bisa tiduran saja. Beruntung
memiliki teman-teman dan tetangga yang baik. Teman mengajar TPQ yang tahu kami
sakit langsung mengantarkan makanan. Bu RT yang rumahnya satu gang dengan kami
juga menanyakan kabar karena kami tidak terlihat keluar rumah sama sekali.
Kami memang belum tes, karena kondisinya tidak kuat untuk
pergi. Setelah badan agak enakan, mulailah hilang penciuman. Kondisi ini juga
diketahui RT kami, dan karena khawatir ibu RT meminta kami untuk tes. Karena kondisi
suami masih lemas, akhirnya saya dulu yang tes. Bu RT kami bahkan mendaftarkan
saya di klinik depan komplek serta membayar biayanya dengan kas jogo tonggo,
maasyaAllah. Sehingga saya tidak perlu antri, datang langsung tes dan pulang. Entah
kenapa, hasil swab antigen saat itu negatif. Saya tidak lanjutkan dengan PCR
karena biaya nya lumayan hehe.
Mengingat kondisi saya yang sudah hilang penciuman dan suami
yang masih tiduran saja karena lemas, kami sampaikan ke lingkungan kami untuk
tetap melanjutkan isoman. Alhamdulillah stok logistic di rumah sudah lebih dari
cukup, insyaAllah. Ternyata menurut nakes yang tinggal di lingkungan kami juga
menyarankan agar kami tetap isolasi selama 10 hari walaupun hasil antigen saya negatif.
Dan tim satgas RT kami menyatakan bahwa jogo tonggo tetap akan berlaku untuk
kami sekeluarga. Kami akan dikirimkan makanan siap santap 3 kali dalam sehari
dalam porsi sebanyak yang tinggal di rumah. MaasyaAllah. Barakallahu fiikum.
Maka covid ini memberikan saya banyak pelajaran, lebih dari
sakitnya itu sendiri. Tentang banyak hal. Ada beberapa hal yang menjadi catatan
saya dalam menghadapi covid ketika kita sudah menyadarinya;
hal yang perlu dilakukan saat terpapar covid |
- Berpikir positif, Ridho dan Husnudzon bIllah
" dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)...."
(al-An'aam: 59)
Tidak ada yang terjadi tanpa sepengetahuan dan ijin Allah. Karenanya,
jika itu terjadi pada kita maka itulah yang Allah inginkan. Tugas kita adalah
ridho, menerima ketetapanNya dengan lapang dada serta tetap senantiasa
berhusnudzon (prasangka baik) kepada Allah yang Maha Mengatur. Selalu berhusnudzon
pada Allah akan mengarahkan kita selalu berpikir positif.
Pikiran positif ini penting sekali, karena kasus covid ini terkadang yang
menjadi ujian bukan sekedar virusnya saja, namun juga kondisi sosial yang
menyertai. Berpikir positif akan membuat kita fokus berusaha mendapatkan
kesembuhan ketimbang berpikir hal-hal yang tidak penting atau tidak perlu
dipikirkan.
- Konsultasikan kondisi kesehatan pada ahli yang dipercaya
Ketika mendapat hasil swab yang negatif, saya tetap yakin bahwa ini covid. Saya juga yakin bukan sugesti atau psikosomatis, karena suami juga merasakan hal yang sama. Untuk mendapat treatment yang tepat maka kami konsultasikan kondisi kami kepada tim kesehatan yang kami percaya. Kami hubungi tim kesehatan Baitul Maal Khatulistiwa dan menyampaikan kondisi kami.
Dokter menyampaikan,
ini tetap covid. Hasil antigen negatif belum tentu negatif. Gejala mengarah
covid ya kami obati covid. Begitu, singkat padat dan jelas. Kami diberi paket
probiotik untuk membantu pemulihan serta diminta minum Habbatussauda. Juga
minum air madu hangat sesering mungkin. Oya, ada obat tetes hidung yang rasanya…maasyaAllah. Alhamdulillah, Allah ijinkan kami mendapat kesehatan kami kembali dalam
waktu kurang lebih sepekan.
- Sampaikan kondisi kepada lingkungan sekitar, petugas RT, RW ataupun satgas covid terdekat
Komunikasikan kondisi kita ke satuan petugas terdekat. Biasanya ke ketua
RT. Terbuka saja pada kondisi kita. Ini juga memberikan kemudahan petugas RT
kita untuk melaksanakan tugasnya. Alhamdulillaah, saya bersyukur tinggal di
lingkungan yang sangat peduli. Ibu RT dan jajaran pengurus serta warga semuanya
sangat membantu memudahkan kami menjalani isolasi mandiri.
Ketika gejala kita ringan, Alhamdulillah kita bisa lakukan perawatan cukup
di rumah saja. Namun jika kondisi kemudian berubah, petugas RT jadi bisa
bergerak lebih cepat ketika warga bersedia terbuka dengan kondisinya.
beberapa petugas jogo tonggo mengantarkan makanan |
- Patuhi aturan dan jalani isolasi mandiri sesuai prosedur
Tidak sedikit kasus diam diam dalam covid ini. Diam diam sakit, Alhamdulillah tahu nya ketika sembuh. Tapi ada juga yang diam-diam sakit, tahunya kondisinya memburuk. Bukan hendak mengganggu privasi seseorang, namun untuk saling menjaga. Saat saya isolasi mandiri pun, ada tetangga yang saya tahu mengalami hal yang sama, suami istri ini isolasi mandiri di rumah.
Sayangnya, prosedur isolasi ini tidak sepenuhnya dilakukan. Tidak ada lapor ke petugas RT, anak-anaknya juga tidak di rumah masih keluar untuk bermain dan bertemu anak-anak lain. Ada pula yang tidak mengikuti aturan isolasi sama sekali.
Ketika sakit istirahat di rumah, ketika
membaik entah itu hari ke berapa sudah keluar dan berinteraksi seperti biasa.
Hal-hal seperti ini baiknya dihindari. Karena selain kita berikhtiar memutus
rantai penyebaran, juga menjaga perasaan sekitar agar tidak was-was dan jadi
omongan karena tidak ikut aturan yang berlaku, duh..
- Bersabarlah, ini tidak selamanya
Selain mengahadapi virus yang membuat tubuh ini lemah untuk beberapa
waktu, kita juga menghadapi waktu isolasi mandiri selama 14 hari tidak bisa
keluar untuk beraktifitas. Kesabaran adalah kuncinya. Baik sabar dalam
mengahadapi penyakit, ataupun sabar untuk menunggu masa isolasi mandiri. Dua hal
ini pun sempat dirasakan suami. Karena lemas berkepanjangan membuatnya merasa
tidak produktif. Bahkan untuk sekedar duduk mengerjakan pekerjaan dengan laptopnya
pun tidak sanggup..
Saat seperti ini tentu saja jadi teringat kisah Nabi Ayyub yang amat
bersabar dengan penyakit yang dideritanya. Nabi Ayyub mengatakan malu meminta
kesembuhan pada Allah karena waktu sehat yang dimilikinya masih lebih lama dibanding
waktu sakitnya.
Juga
ketika sudah merasa sehat, ingin bersegera ikut sholat jama’ah di masjid walau
masa isoman belum berakhir. Alhamdulillah, suami masih ingat untuk menahan diri
meskipun sudah merasa sehat. Menjaga kebaikan bersama sebagai salah satu misi keluarga kami. Isolasi hanya 14 hari,
dan gejala covid pun tidak samai bertahun-tahun. Semoga Allah senantiasa
melimpahkan kita kesabaran.
Hal yang Penting untuk dilakukan Selama Isoman
Selain catatan mengenai langkah yang perlu dilakukan saat
covid menghampiri, ada hal yang penting untuk dierhatikan selama kita
melaksanakan isiolasi mandiri.
- Istirahat yang cukup
Beberapa orang mengeluhkan sulit untuk tidur, namun istirahat adalah langkah yang tepat ketika kita sakit. Tubuh akan merespon penyakit dan membutuhkan energi. Karenanya, kita membantunya dengan istirahat yang cukup.
Bersyukur dengan bantuan kerabat, teman dan tetangga, yang menyiapkan makan kami sekeluarga sehingga saya tidak perlu memasak, hehe dan fokus untuk pulih. Alhamdulillah anak yang besar besar juga sudah bisa membantu menjaga adik-adiknya saat orangtuanya butuh istirahat.
- Tetap berusaha makan
Tantangan lain adalah makan. Karena kehilangan indra penciuman dan perasa membuat selera makan tidak ada, maka makan pun harus dipaksa. Makan lah walau tidak enak. Karena jika tidak makan maka tubuh tidak bisa cukup kuat melawan penyakit.
Suami di fase ini bahkan seperti orang yang sedang ngidam. Ingin makan
sesuatu, setelah dapat juga hanya dimakan sedikit. Mungkin yang terbayang enak
nya saat dimakan dalam kondisi biasa, namun terasa hambar jika dimakan saat itu.
- Konsumsi obat/suplemen penunjang
Selain makanan, bisa juga mengkonsumsi obat yang sudah dikonsultasikan oleh
ahli untuk membantu meringankan gejala dan juga suplemen penunjang untuk
membantu tubuh meningkatkan imunitas. Saya pribadi mengkonsumsi probiotik,
habbatusauda dan minum air madu hangat sesering mungkin. Juga mengganti kopi
yang sering saya minum dengan seduhan jahe hangat.
Kami juga menggunakan essential oil untuk membantu saat kondisi flu dan agar tidur lebih nyenyak. Baik itu dihirup, dicampur ke air mandi, dibalurkan ke tubuh dengan dicairkan terlebih dahulu memakai carrier oil, atau dengan didiffuse menggunakan diffuser.
- Berjemur dan hirup udara segar
Mendapatkan udara segar dan sinar matahari adalah hal yang penting. Bersyukur
struktur atap rumah kami memungkinkan untuk terjadinya pertukaran udara
sehingga kami bisa mendapat sirkulasi udara yang baik. Namun beberapa rumah
tidak demikian sehingga bisa saja memperparah kondisi karena kurang mendapat
udara yang bersih dan segar. Maka ambil waktu untuk menghirup udara segar di
luar, dan mendapat sinar matahari untuk membantu memulihkan kondisi tubuh.
Alhamdulillah.
Kini Allah telah kembalikan kesehatan kami kembali. Semoga kami termasuk orang
orang yang sabar serta mampu mengambil pelajaran serta hikmah dari semua yang terjadi. Aamiin.
Salam,
Ummi Mya
Mom, terima kasih atas sharingnya yang selalu berkhusnudzon pada apa pun yang terjadi dalam hidup :'). Turut berduka atas kuretase yang harus di alami, Mom Mya. Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Allah ya, Mom Mys sekeluarga :)
BalasHapussama sama mba ahsry, alhamdulillah 3 bulan pasca kuret dikasih Allah baby lagi yg sekarang udah 1 tahun
Hapusaamin makasih doanya mba
Mom strong sekali. Aku selalu takjub sama mereka penyintas covid yang survive. Karena not only fisik, mental juga hrs dijaga kan :( turut berduka juga ya mom. Sehat selalu setelah ini dan dijauhkan dari segala bahaya aamiin
BalasHapusalhamdulillah Allah kasih kekuatan mba, iya. bersyukur masih bisa jernih berpikir, abaikan yang ga penting, fokus sembuh.
Hapusaamiin makasih doanya mba wid
Masya Allah mba mya... Semoga selalu dalam lindunhan dan penjagaan Allah SWT sekeluarga ya mbak...
BalasHapusAku pun ingin menuiskan cerita isoman suami..
aamiin, sehat sehat juga zulmi dan keluarga, ayuuk ceritain
HapusBetul sekali mom, husnudzon kepada Allah menjadi kunci. Dulu awal-awal setelah perjalanan dinas ke Surabaya, pulang-,pulang reaktif. Langsunglah isoman 14 hari. Ah...nikmat banget bisa makin banyak beribadah dan makin bertambah ilmu saat husnudzon
BalasHapusiyess,, pak. ga boleh lupa ini. poin penting supaya selalu ridho sama takdirNya
HapusAlhamdulillah semua udah terlewati ya Mba, tinggal di lingkungan yg bsa full support itu juga rejeki tak terkira di kondisi saat ini..
BalasHapusSemoga makin sehat sekeluarga ya mba
iya mba rejeki banget alhamdulillaah
Hapusaamiin sehat sehat untuk kita semua